Rss Feed Facebook Twitter Google Plus

post:


Minggu, 26 Mei 2013

PENGOLAHAN BENIH KAKAO


LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGOLAHAN BENIH
PENGOLAHAN BENIH KAKAO


Disusun Oleh:
1.   Ivo Bastian                     A4 111 864
                                      2.   Leonita Putri C.             A4 111 868
                                3.   Riski Kristi’ani               A4 111 882
4.   M. Rizkul Hardianto    A4 111 918
5.   Abdul Aziz                      A4 111 905
6.   Rifan Sulistiyo W           A4 111 902

PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH
JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN

Pembimbing: 1. Ir. Mochamat Bintoro, MP
2. Ir. Nanthil Bambang Eko.S., M.Si
                   3. Dwi Rahmawati, SP,MP
                   4. Prayitno
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2013

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tanaman kakao (Theobroma cacao) berasal dari hutan hujan tropis yang menyebar dari Meksiko Selatan, Brasil sampai ke Bahama. Populasi yang terbanyak dan diduga sebagai pusatnya adalah di wilayah Upper Amazon. Kakao masuk ke Indonesia pada tahun 1560 di Sulawesi Utara dan berasal dari Filipina, jenisnya adalah Criollo yang berasal dari Venezuela. Tanaman Kakao (Theobroma cacao) dikenal masyarakat Indonesia pertama kali pada tahun 1780 sebagai tanaman pekarangan dan merupakan tanaman tahunan.  Pada tahun 1806 perluasan kakao dilakukan di Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan kakao jenis Criollo. Jenis tanaman kakao ada berbagai macam tetapi yang banyak dikembangkan sebagai tanaman perkebunan ada tiga yaitu criollo, forastero, dan trinitario.
Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara pemasok utama kakao dunia setelah Pantai Gading (38,3%) dan Ghana (20,2%) dengan persentasi 13,6%. Permintaan dunia terhadap komoditas kakao semakin meningkat dari tahun ke tahun. Namun, kualitas benih kakao yang diekspor oleh Indonesia dikenal sangat rendah (berada di kelas 3 dan 4). Hal ini disebabkan dalam pengolahan benih kakao yang masih tradisional/minim (85% biji kakao produksi nasional tidak difermentasi) sehingga kualitas kakao Indonesia menjadi rendah.
Buah Kakao termasuk buah berdaging maka kadar air yang dimiliki oleh benih Kakao tinggi sehingga tidak bisa disimpan dalam waktu lama (rekalsitran), berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu teknik pengolahan yang sesuai dengan karakteristik Benih Kakao. Ada dua cara proses pengolahan Benih Kakao yang biasanya digunakan yaitu proses pengolahan tanpa pengupasan kulit benih (pulp) dan proses pengolahan dengan metode pengupasan pulp. Untuk tujuan pengiriman benih Kakao ke luar negeri maka pengupasan kulit benih (pulp) tidak perlu dilakukan untuk menjaga benih tidak berkecambah dalam selang waktu pengiriman dimana pulp bersifat menghambat perkecambahan. Sedangkan untuk menghilangkan pulp benih Kakao sendiri dapat dilakukan menggunakan pasir, abu gosok, kapur tohor dll. Namun, dari ketiga bahan tersebut yang paling efektif yaitu menggunakan perendaman kapur tohor, karena apabila digunakan pasir dan ukuran partikel pasir yang besar maka akan merusak permukaan benih Kakao, maka dari itu dalam percobaan “Pengolahan Benih Kakao” ini digunakan dengan perendaman kapur tohor dengan perlakuan perkecambahan benih Kakao pengupasan pulp dan tanpa pengupasan pulp.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum "Pengolahan Benih Kakao" ini antara lain:
1. Untuk melakukan pengolahan benih Kakao
2. Untuk mengetahui perbedaan perkecambahan benih tanpa pengupasan pulp dan dengan pengupasan pulp
 
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum "Pengolahan Benih Kakao" ini antara lain:
1. Dapat melakukan pengolahan benih Kakao
2. Dapat mengetahui perbedaab perkecambahan benih tanpa pengupasan pulp dan dengan pengupasan pulp

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Biji Kakao merupakan salah satu komoditi perdagangan yang mempunyai peluang untuk dikembangkan dalam rangka usaha memperbesar/meningkatkan devisa negara serta penghasilan petani kakao. Produksi biji kakao Indonesia secara signifikan terus meningkat, namun mutu yang dihasilkan sangat rendah dan beragam, antara lain kurang terfermentasi, tidak cukup kering, ukuran biji tidak seragam, kadar kulit tinggi, keasaman tinggi, cita rasa sangat beragam dan tidak konsisten.  Beberapa faktor penyebab mutu kakao beragam yang dihasilkan adalah minimnya sarana pengolahan, lemahnya pengawasan mutu serta penerapan teknologi pada seluruh tahapn proses pengolahan biji Kakao rakyat tidak berorientasi pada mutu. Kriteria mutu biji kakao yang meliputi aspek fisik, cita rasa dan kebersihan serta aspek keseragaman dan konsistensi sangat ditentukan oleh perlakuan pada setiap tahapan proses produksinya. Tahapan proses pengolahan dan spesifikasi alat dan mesin yang digunakan yang menjamin kepastian mutu harus didefinisikan secara jelas.
2.1 Proses Pengolahan kakao Pasca Panen
2.1.1 Pemeraman Buah.
  1. Pemeraman buah bertujuan, memperoleh keseragaman kematangan buah serta memudahkan pengeluaran biji dari buah kakao.
  2. Buah dimasukan kedalam keranjang rotan atau sejenisnya disimpan ditempat yang bersih dengan alas daun – daunan dan permukaan tumpukan ditutup dengan daun-daunan .
  3. Pemeraman dilakukan ditempat yang teduh, serta lamanya sekitar 5-7 hari (maksimum 7 hari).
2.1.2 Pemecahan Buah
  1. Pemecahan atau pembelahan buah kakao dimaksudkan untuk mendapatkan biji kakao, pemecahan buah kakao harus dilakukan secara hati-hati, agar tidak melukai atau merusak biji kakao.
  2. Pemecahan buah kakao dapat menggunakan pemukul kayu atau memukulkan buah satu dengan buah lainnya, harus dihindari kontak langsung biji kakao dengan benda-benda logam, karena dapat menyebabkan warna biji kakao menjadi kelabu.
  3. Biji kakao dikeluarkan lalu dimasukan dalam ember plastik atau wadah lain yang bersih, sedang empulur yang melekat pada biji dibuang.
2.1.3 Ekstraksi Benih
Ekstraksi benih merupakan pemisahan biji dari daging buah, kulit benih, polong, kulit buah, malai, tongkol dan sebagainya dengan tujuan agar benih tersebut dapat digunakanuntuk bahan tanam yang memenuhi persyaratan.
1.    Fermentasi
Fermentasi dimaksudkan untuk memudahkan melepas zat lendir dari permukaan kulit biji dan menghasilkan biji dengan mutu dan aroma yang baik, selain itu menghasilkan biji yang tahan terhadap hama dan jamur, selama penyimpanan dan menghasilkan biji dengan warna yang cerah dan bersih. Wadah/alat fermentasi yang dibutuhkan  yaitu kotak fermentasi terbuat dari lembaran papan atau berupa keranjang bambu,daun pisang, dan karung goni.
2. Metode Mekanis (Mechanical Method)
3.    Metode Kimiawi (Chemical Method)

2  2.1.4 Pengemasan dan Penyimpanan Biji
1.      Biji kakao dikemas dengan baik didalam wadah bersih dan kuat, biasanya menggunakan karung goni dan tidak dianjurkan menggunakan karung plastik.
2.      Biji kakao tidak disimpan dalam satu tempat dengan produk pertanian lainnya yang berbau keras, karena biji kakao dapat menyerap bau-bauan tersebut.
3.      Biji kakao jangan disimpan di atas para-para dapur karena dapat mengakibatkan biji kakao berbau asap.
4.      Biji kakao disimpan dalam ruangan, dengan kelembaban tidak melebihi 75 % ventilasi cukup dan bersih.
5.      Antara lantai dan wadah biji kakao diberi jarak ± 8 Cm dan jarak dari dinding ± 60 Cm, biji kakao dapat disimpan ± 3 bulan.

BAB 3. METODOLOGI KERJA
3.1  Tempat dan Waktu
Praktikum “Pengolahan Benih Kakao” ini dilaksanakan pada:
Hari                 : Rabu
Tanggal           : 20 Maret 2013
Pukul               : 15.00 – 17.00 WIB
Tempat            : Laboratorium Teknik Produksi Benih

3.2  Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Ember plastik
2. Saranganemnelah bua
3. Pisau
3.2.1       3.2.2 Bahan
1.    Benih Kakao
2.    Kertas label
3.    Dhitane (fungisida)
4.    Air kapur
5.    Air bersih
6.    Pasir

3.3  Prosedur Kerja
1.    Menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan
2.    Membelah buah kakao dengan pisau
3.    Memisahkan daging dan kulit buah
4.    Membersihkan daging buah dari biji
5.    Membersihkan lendir atau pulp yang terdapat pada biji dengan cara merendamnya ke dalam air kapur selama 5 menit
6.     Kemudian membilas benih dengan air bersih
7.    Memberi perlakuan benih dengan cara mengupas testa dan tidak mengupas testa masing-masing 10 biji
8.    Merendam benih kakao ke dalam fungisida selama 10 menit
9.    Setelah direndam maka dibilas dengan air bersih
10.   Kemudian dikecembahkan pada pasir
11.    Melakukan pengamatan hingga benih berkecambah


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
4.1 Tabel

  4.2 Grafik


4.2 Pembahasan
Setelah melakukan praktikum Pengolahan Benih Kakao ini dilakukan dengan benih dipisahkan dari pulp dengan cara merendamnya ke dalam kapur tohor selama 5 menit. Kapur tohor (Ca(OH)2) sendiri  merupakan zat padat yang berwarna putih dan amorf. Larutan kapur tohor mengeluarkan banyak panas, bersifat basa agak keras dan mudah menarik gas asam arang dari udara, sehingga air mudah menjadi keruh. Larutan kapur tohor juga merupakan pengikat asam-asam nabati. Oleh karena itu kapur tohor dapat menggumpalkan daging buah pada benih kakao sehingga pulp mudah dikupas.
Benih Kakao yang telah direndam dengan kapur tohor selanjutnya dibilas dengan air bersih yang kemudian diberi perlakuan pulp dihilangkan dan  pulp tidak dihilangkan dengan masing-masing 10 biji. Benih yang siap dikecambahkan ke dalam pasir sebelumnya direndam ke dalam fungisida selama 10 menit, perendaman fungisida berfungsi untuk menghindari benih terserang jamur ketika di perkecambahan.
Hasil pengamatan diperoleh bahwa benih dengan perlakuan pulp yang dihilangkan memiliki daya kecambah 95% dengan masing-masing pengulangan benih yang tumbuh pada ulangan 1 sebanyak 10 biji, ulangan 2 sebanyak 10 biji, ulangan 3 sebanyak 8 biji dan ulangan 4 sebanyak 10 biji. Sedangkan pada benih Kakao yang pulpnya tidak dihilangkan memiliki daya kecambah sebesar 100% dengan benih yang tumbuh pada setiap ulangan yaitu ulangan 1 sebanyak 10 biji, ulangan 2 sebanyak 9 biji, ulangan 3 sebanyak 9 biji dan ulangan 4 sebanyak 10 biji.  
Menurut Suharjo dan Butar-butar, 1979, Biji kakao tidak mempunyai masa dormasi sehingga penyimpanan biji untuk benih dengan waktu yang agak lama tidak memungkinkan. Biji ini diselimuti oleh lapisan yang lunak dan manis rasanya, jika telah masak lapisan tersebut disebut pulp atau micilage. Pulp ini dapat menghambat perkecambahan dan karenanya biji yang akan digunakan untuk menghindari dari kerusakan biji dimana jika pulp ini tidak dibuang maka di dalam penyimpanan akan terjadi proses fermentasi sehingga dapat merusak biji. Maka pernyataan pulp dapat menghambat perkecambahan dalam penerapan di lapang adalah benar karena diperoleh hasil daya kecambah pada penghilangan pulp benih Kakao memiliki daya kecambah paling tinggi yaitu 100% daripada benih Kakao yang pulpnya tidak dihilangkan yaitu 95%, dimana terjadi penurunan daya kecambah 5%.

BAB 5. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum “Pengolahan Benih Kakao” ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa :
1.  Proses ekstraksi benih kakao dilakukan dengan cara perendaman kapur tohor, dimana kapur tohor berfungsi untuk menggumpalkan pulp sehingga mudah dihilangkan.
2. Benih Kakao yang dihilangkan pulpnya memilki daya kecambah 100% dan benih Kakao yang tidak dihilangkan yaitu 95%, dimana terjadi penurunan 5%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suharjo dan Butar-butar, 1979, dimana mengatakan bahwa pulp dapat menghambat perkecambahan.

 
DAFTAR PUSTAKA
http://viber.wordpress.com/budidaya-kakao/pengolahan-kakao/











Share This :

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogroll

TEKNIK PRODUKSI BENIH

TEKNIK PRODUKSI BENIH MERUPAKAN PROGRAM STUDY DARI JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN DALAM PEMBUATAN BLOGGER INI BANYAK KEKURANGAN,NAMUN BERUSAHA MEMBERIKAN BANYAK KEMANFAATAN,,AAMIIN SELAMAT DATANG DI BLOGGER KELOMPOK KAMI